Tips: 5 langkah menuju sufisiensi cabe
Dengan garpu besar trisulanya, Alec mengorek batang cabe
yang mulai merangas karena kalah bersaing dengan gulma sekelilingnya dalam
memperebutkan gizi tanah. Desember tahun ini hujan turun berkepanjangan
sehingga rumput-rumput liar tumbuh merajalela. Semua pohon cabe yang mulai
berbuah itu, siap dipindahkan ke polibeg. Mau tak mau, polibeg menjadi alternatif
terbaik untuk menyelamatkan tanaman tersebut.
Dari 100 batang yang ia tanam enam bulan lalu, hampir
separuhnya mati karena kemarau. Sisanya masih bertahan, namun merangas. Cuaca
merupakan dilema dalam pertanian cabe.
Betapa tidak, di musim kemarau, boro-boro menyirami cabe,
orangpun kesulitan air. Di musim hujan, cabe justru mudah mati karena akarnya
membusuk akibat kebanyakan air.
Untuk mengantisipasi masalah itu, polibeg dan polinet
menjadi solusi.Dengan polibeg, petani tak perlu khawatir cabenya dikeroyok
rumput liar, kekeringan atau kelebihan air. Selain itu, polibeg juga irit
lahan. Artinya, Anda tak perlu lahan luas untuk bertanam cabe.
Sementara polinet berfungsi sebagai atap yang menyaring
curah hujan agar tak menggenangi pohon cabe secara berlebihan sekaligus
mengurangi terik panas matahari di siang hari. Artinya, polinet bisa diandalkan
sebagai katalisator iklim sesuai kebutuhan tanaman cabe.
Kenapa bertanam cabe itu perlu? Karena orang Indonesia
rata-rata doyan mengkonsumsi cabe. Satu keluarga paling tidak menghabiskan 1
ons cabe per hari. Itu berarti 30 ons atau 3 kg per bulan.
Menjelang pergantian tahun dari 2015 ke 2016, ibu-ibu rumah
tangga menjerit karena harga cabe melesat naik dan di sejumlah daerah menembus
Rp40 ribu per kg. Bahkan di Batam, cabe dijual di atas Rp50 ribu per kg.
Dengan kebutuhan konsumsi rumah tangga akan cabe rata-rata
3 kg per bulan saja, paling tidak biaya yang harus dikeluarkan untuk cabe
adalah 3 x 40 = Rp120.000 per bulan. Itu baru cabe saja, belum bawang merah dan
bawang putih yang harganya tak jauh beda dari cabe.
Dalam kondisi seperti itu, kata-kata semisal swasembada
(self-supporting) sudah tak lagi mandraguna. Yang dibutuhkan adalah rumah
tangga yang mandiri akan cabe (self-sufficient).
Sufisiensi cabe merupakan hal yang mendesak dicanangkan tiap
rumah tangga, tanpa perlu menunggu kebijakan pemerintah apapun soal harga dan
produksi cabe nasional.
Berikut langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam rangka
menuju keluarga mandiri (self-sufficent) cabe seperti pada gambar;
1. Menyiapkan bibit cabe dengan cara menaburi biji cabe yang
sudah tua ke polibeg atau mengambil yang sudah jadi dari kebun cabe yang mulai
ditumbuhi rumput liar.
Alec mencabut pohon cabe dari kebun yang mulai ditumbuhi semak, untuk dipindahkan ke polibeg. |
2. Sebelum dibubuhi pupuk kandang, polibeg agar diisi dengan
tanah netral atau tanah merah yang sudah digemburkan. Ini penting agar akar dan
batang bisa berkembang secara leluasa.
3. Biasakan memasak dengan tungku menggunakan kayu bakar. Selain hemat biaya, arang yang
dihasilkan tungku juga bermanfaat untuk mencegah hama hinggap dan berkembang di daun tanaman
termasuk cabe selain menghilangkan daya tarik pupuk kandang terhadap rayap yang
kerap memakan akar tanaman.
Alec menaburi arang tungku ke tiap daun termasuk cabe, papaya dan pare yang rentan terkena hama daun. Arang merupakan senjata ampuh untuk menangkis serangan hama daun. |
4. Siapkan sebidang lahan lebih kurang 2x2 meter yang sudah
diteduhi oleh polinet berukuran sama untuk mengontrol curah hujan dan teriknya
panas yang bisa mengganggu pertumbuhan pohon cabe.
5. Taruh pohon polibeg cabe di bidang yang sudah diteduhi
polinet. Bidang tersebut usahakan lebih tinggi dari lutut untuk menghindari
kemungkinan terinjak, karena pohon cabe terkenal rentan benturan dan batangnya
mudah patah.
Selesai! Anda tinggal menyusun beberapa polibeg cabe secara
proporsional di bidang tersebut. Untuk ukurang 4 m2, bisa muat sedikitnya 20
pohon atau polibeg dengan susunan 4 baris dengan 5 pohon per barisnya (lihat
gambar).
Untuk menambah kapasitas penanaman, Anda tinggal mengulangi semua langkah tersebut di atas dan menyiapkan tempat yang mamadai sesuai kapasitas yang diinginkan. Selamat bercocok tanam!
Ali Cestar
Pemerhati masalah pertanian tinggal di Hambalang, Bogor.