Saya dan teman (merokok) sedang menikmati makan malam di satu RM Padang
|
Anda pencandu rokok? Anda beranggapan bahwa merokok itu
tidak merugikan jasmani Anda? Atau, Anda seorang perokok berat dan ingin
terhindar dari risiko terkena penyakit akibat merokok seperti hipertensi,
stroke, gangguan pencernaan, diabetes dan penyakit berat lainnya? Jawabnya
hanya satu, segeralah berhenti merokok. Tulisan berikut ini berangkat dari
pengalaman saya pribadi sebagai seorang mantan perokok berat sedari masa
remaja, alias 30 tahun!. Target utamanya tidaklah muluk-muluk, ingin mengembalikan
kebugaran yang hilang selama 30 tahun akibat merokok.
Satu hal yang saya pelajari dari sejak keluar dari 4 hari di
opname di rumah sakit tahun lalu akibat
hipertensi adalah bahwa baik RS ataupun
dokter hanya bisa memberi obat kepada pasien atau mengurangi risiko yang lebih
buruk dari satu penyakit yang diderita pasien.
Bahkan, anehnya, dokter spesialis Jantung yang menangani
rawat jalan saya, tidak pernah menyarankan saya berhenti merokok. Padahal, saya
yakin penyebab penyakit saya adalah rokok. Dia hanya menyarankan hindari minum
kopi sedapat mungkin. Setahun kemudian,
saya mulai minum kopi seperti sedia kala setelah menjalani transformasi gaya hidup ke daerah
pedesaan dekat Citeureup, Kabupaten Bogor.
Dokter atau RS tidak merubah gaya
hidup pasien! Padahal untuk bisa keluar dari jebakan maut bernama kecanduan
rokok, pasien mutlak merubah gaya
hidupnya yang selama ini berkontribusi menjadi penyebab penyakit itu timbul.
Dokter hanya memberi obat, gaya
hidup harus dari dalam diri Anda sendiri.
Transformasi gaya
hidup yang saya jalani adalah, mencari daerah yang kandungan oksigennya masih
padat, ditandai dengan banyaknya tumbuh bambu dan hanjuang di daerah itu. Bambu
dan hanjuang terkenal sebagai tumbuhan yang bisa menyedot zat beracun di
sekitarnya Hanjuang adalah sejenis
tumbuhan yang secara tradusional di Pulau Jawa biasanya dijadikan untuk penanda
atau pembatas tanah.Plus, kualitas airnya masih bagus (jernih).
Dua hal itu (udara dan air bersih) tidak dimiliki oleh Jakarta dan kota-kota di sekitarnya seperti
Depok, Tangerang dan Bekasi. Karena itu, Anda juga harus merubah paradigma Anda
tentang nilai-nilai yang berlaku.
Bagi orang kota, nilai lingkungan atau daerah ditentukan oleh nilai jual objek
pajak (NJOP) meski sangat polutif, sementara bagi orang yang mencari kualitas
hidup, nilai lingkungan ditentukan oleh tingkat ketersediaan udara dan air
bersih yang non-polutif selain nilai-nilai sosial (tetangga yang ramah) dan
spiritual (dekat mushala) yang ada di lingkungan itu. Sehingga gaya hidup back to basic menjadi hal yang
mahal untuk didapatkan.
Ketika lingkungannya sudah mendukung, Anda akan merasa rugi besar jika masih
merokok. Karena kadar oksigen tinggi yang Anda hirup tiap hari kenapa masih harus
dikotori oleh karbon dioksida yang dihasilkan rokok? Tidak logis bukan?
Saya bukan dokter, tapi saya yakin karbondioksida yang dihasilkan asap rokok
yang masuk ke dalam tenggorakan, akan menyebar ke seluruh pembuluh darah dan
lambat-laun menjadi sumber penghalang dalam pembuluh darah.
Penyakit apa saja bisa muncul. Anda tinggal menunggu waktu saya sebelum musibah
itu datang, paling mungkin adalah stroke.
Ini menjelaskan kenapa stroke
merupakan penyakit fenomenal belakangan ini. Selain banyak mengkonsumsi makanan
olahan pabrik, polusi perkotaan dan perilaku kencaduan rokok menjadikan stroke
semakin lazim terjadi di tengah masyarakat. Kita hanya memenuhi pembuluh darah
dalam tubuh kita dengan sampah-sampah berbahaya yang dihasilkan oleh kombinasi
maut antara asap rokok dan zat-zat kimia yang ada dalam makanan olahan pabrik,
mulai dari pengawet, penyedap hingga ke pemanis buatan.
Setahun setelah totalitas merubah gaya hidup, termasuk berhenti merokok, mulai
mengkonsumsi makanan sehat dan alami seperti sayuran dan buahan segar, minum
air putih, kerja fisik (mencangkul di kebun) sejak pagi hari, saya telah
merasakan efek kebugaran yang luar biasa.
Berikut ini adalah beberapa indicator yang saya jadikan
perbandingan ketika masih merokok dan setelah berhenti merokok.
Sebelum berhenti perokok, kemampuan saya mengangkat sepasang jerigen 35 liter
dari mata air dekat pinggi kali yang lokasinya di bawah ke pondok yang letaknya
di atas adalah tiap jerigen diisi separuh dan sepanjang perjalanan 5-7 kali
beristrirahat.
Setelah 1 bulan berhenti merokok, jerigen diisi 2/3 penuh
dan berhenti 3-5 kali sepanjang jalan. Setelah 3 bulan berhenti merokok,
jerigen diisi penuh dan berhenti hanya satu kali istirahat. Kini, setelah 5
bulan berhenti merokok, saya menangkut jerigen dari mata air ke pondok kediaman
tanpa berhenti sama sekali.
Kadang saya berpikir, ini kok mirip pelatihan yang dijalani di kuil Shaolin,
tema filem favorit saya masa kecil.Dari sini saya berani mengambil kesimpulan
bahwa berhenti merokok telah mengembalikan stamina asli saya, bahkan meningkat
berkali lipat. Karena, sekarang saya mengangkat jerigen kadang sambil berlari.
Selain itu, sebagai tukang ojek, tadinya untuk sekali jalan dalam rentangan
jarak 2 jam sekitar wilayah Depok, saya sudah capek.
Kini, paling tidak 2 kali dalam seminggu saya menjalani rute
superman, yakni berangkat dari Citeureup ke Villa Nusa Indah di Bekasi,
berlanjut ke Tanjung Priok tempat saya kadang ngantor, untuk selanjutnya
melakukan survey lapangan hingga ke daerah Kamal, Cengkareng yang terkenal
panas, macet dan kerontang. Setelah itu balik lagi ke Priok atau langsung ke
Bekasi sebelum pulang ke Citeureup.
Paling tidak ada 120 km yang saya jalani dalam rute
rutin long haul seperti itu dalam sehari jalan. Dan ajaibnya, saya tidak
merasakan capek sama sekali. Justru motor yang saya bawa yang sering
bermasalah, mulai dari karet paking, terminal aki hingga ke gear set yang harus
diganti karena cepat aus.
Begitu juga dengan hobi. Tadinya saya hanya sanggup main bulutangkis satu set, bahkan
kerap setengah set sudah sesak napas, dan terpaksa stop sejenak untuk ambil
beberap tarikan napas panjang. Kini, minmal saya main 2 set tanpa terasa
lelah. Bahkan, kalau bukan karena
tenggan rasa dengan kawan-kawan, saya siap main 5 hingga 7 set berturut-turut! (AS)
Oh ya mumpung ingat, akibat hipertensi saya sempat mengalami
gangguan lambung sehingga berat badan makin hari makin turun, terakhir terkunci
di angka 60 kg dan terlihat kurus. Kini setelah berhenti merokok, berat badan
saya naik menjadi 67 kg, dan cukup ideal untuk pria berumur 45 tahun dengan
tinggi badan 170 cm, bukan?.
Citeureup, Jumat 15 Mei 2015
Ali Cestar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar