Translate

Kamis, 14 Mei 2015

Rahasia meningkatkan stamina berkali lipat


Saya dan teman (merokok) sedang menikmati makan malam di satu RM Padang


Anda pencandu rokok? Anda beranggapan bahwa merokok itu tidak merugikan jasmani Anda? Atau, Anda seorang perokok berat dan ingin terhindar dari risiko terkena penyakit akibat merokok seperti hipertensi, stroke, gangguan pencernaan, diabetes dan penyakit berat lainnya? Jawabnya hanya satu, segeralah berhenti merokok. Tulisan berikut ini berangkat dari pengalaman saya pribadi sebagai seorang mantan perokok berat sedari masa remaja, alias 30 tahun!. Target utamanya tidaklah muluk-muluk, ingin mengembalikan kebugaran yang hilang selama 30 tahun akibat merokok.


Satu hal yang saya pelajari dari sejak keluar dari 4 hari di opname di rumah sakit  tahun lalu akibat hipertensi adalah bahwa baik RS  ataupun dokter hanya bisa memberi obat kepada pasien atau mengurangi risiko yang lebih buruk dari satu penyakit yang diderita pasien.


Bahkan, anehnya, dokter spesialis Jantung yang menangani rawat jalan saya, tidak pernah menyarankan saya berhenti merokok. Padahal, saya yakin penyebab penyakit saya adalah rokok. Dia hanya menyarankan hindari minum kopi sedapat mungkin. Setahun kemudian,  saya mulai minum kopi seperti sedia kala setelah menjalani transformasi gaya hidup ke daerah pedesaan dekat Citeureup, Kabupaten Bogor.


Dokter atau RS tidak merubah gaya hidup pasien! Padahal untuk bisa keluar dari jebakan maut bernama kecanduan rokok, pasien mutlak merubah gaya hidupnya yang selama ini berkontribusi menjadi penyebab penyakit itu timbul. Dokter hanya memberi obat, gaya hidup harus dari dalam diri Anda sendiri.


Transformasi gaya hidup yang saya jalani adalah, mencari daerah yang kandungan oksigennya masih padat, ditandai dengan banyaknya tumbuh bambu dan hanjuang di daerah itu. Bambu dan hanjuang terkenal sebagai tumbuhan yang bisa menyedot zat beracun di sekitarnya  Hanjuang adalah sejenis tumbuhan yang secara tradusional di Pulau Jawa biasanya dijadikan untuk penanda atau pembatas tanah.Plus, kualitas airnya masih bagus (jernih).


Dua hal itu (udara dan air bersih) tidak dimiliki oleh Jakarta dan kota-kota di sekitarnya seperti Depok, Tangerang dan Bekasi. Karena itu, Anda juga harus merubah paradigma Anda tentang nilai-nilai yang berlaku.


Bagi orang kota, nilai lingkungan atau daerah ditentukan oleh nilai jual objek pajak (NJOP) meski sangat polutif, sementara bagi orang yang mencari kualitas hidup, nilai lingkungan ditentukan oleh tingkat ketersediaan udara dan air bersih yang non-polutif selain nilai-nilai sosial (tetangga yang ramah) dan spiritual (dekat mushala) yang ada di lingkungan itu. Sehingga gaya hidup back to basic menjadi hal yang mahal untuk didapatkan.


Ketika lingkungannya sudah mendukung, Anda akan merasa rugi besar jika masih merokok. Karena kadar oksigen tinggi yang Anda hirup tiap hari kenapa masih harus dikotori oleh karbon dioksida yang dihasilkan rokok? Tidak logis bukan?


Saya bukan dokter, tapi saya yakin karbondioksida yang dihasilkan asap rokok yang masuk ke dalam tenggorakan, akan menyebar ke seluruh pembuluh darah dan lambat-laun menjadi sumber penghalang dalam pembuluh darah.


Penyakit apa saja bisa muncul. Anda tinggal menunggu waktu saya sebelum musibah itu datang, paling mungkin adalah stroke.


Ini menjelaskan kenapa stroke merupakan penyakit fenomenal belakangan ini. Selain banyak mengkonsumsi makanan olahan pabrik, polusi perkotaan dan perilaku kencaduan rokok menjadikan stroke semakin lazim terjadi di tengah masyarakat. Kita hanya memenuhi pembuluh darah dalam tubuh kita dengan sampah-sampah berbahaya yang dihasilkan oleh kombinasi maut antara asap rokok dan zat-zat kimia yang ada dalam makanan olahan pabrik, mulai dari pengawet, penyedap hingga ke pemanis buatan.


Setahun setelah totalitas merubah gaya hidup, termasuk berhenti merokok, mulai mengkonsumsi makanan sehat dan alami seperti sayuran dan buahan segar, minum air putih, kerja fisik (mencangkul di kebun) sejak pagi hari, saya telah merasakan efek kebugaran yang luar biasa.


Berikut ini adalah beberapa indicator yang saya jadikan perbandingan ketika masih merokok dan setelah berhenti merokok.


Sebelum berhenti perokok, kemampuan saya mengangkat sepasang jerigen 35 liter dari mata air dekat pinggi kali yang lokasinya di bawah ke pondok yang letaknya di atas adalah tiap jerigen diisi separuh dan sepanjang perjalanan 5-7 kali beristrirahat.


Setelah 1 bulan berhenti merokok, jerigen diisi 2/3 penuh dan berhenti 3-5 kali sepanjang jalan. Setelah 3 bulan berhenti merokok, jerigen diisi penuh dan berhenti hanya satu kali istirahat. Kini, setelah 5 bulan berhenti merokok, saya menangkut jerigen dari mata air ke pondok kediaman tanpa berhenti sama sekali.


Kadang saya berpikir, ini kok mirip pelatihan yang dijalani di kuil Shaolin, tema filem favorit saya masa kecil.Dari sini saya berani mengambil kesimpulan bahwa berhenti merokok telah mengembalikan stamina asli saya, bahkan meningkat berkali lipat. Karena, sekarang saya mengangkat jerigen kadang sambil berlari.


Selain itu, sebagai tukang ojek, tadinya untuk sekali jalan dalam rentangan jarak 2 jam sekitar wilayah Depok, saya sudah capek.


Kini, paling tidak 2 kali dalam seminggu saya menjalani rute superman, yakni berangkat dari Citeureup ke Villa Nusa Indah di Bekasi, berlanjut ke Tanjung Priok tempat saya kadang ngantor, untuk selanjutnya melakukan survey lapangan hingga ke daerah Kamal, Cengkareng yang terkenal panas, macet dan kerontang. Setelah itu balik lagi ke Priok atau langsung ke Bekasi sebelum pulang ke Citeureup.


Paling tidak ada 120 km yang saya jalani dalam rute rutin long haul seperti itu dalam sehari jalan. Dan ajaibnya, saya tidak merasakan capek sama sekali. Justru motor yang saya bawa yang sering bermasalah, mulai dari karet paking, terminal aki hingga ke gear set yang harus diganti karena cepat aus.

Begitu juga dengan hobi. Tadinya saya hanya sanggup main bulutangkis satu set, bahkan kerap setengah set sudah sesak napas, dan terpaksa stop sejenak untuk ambil beberap tarikan napas panjang. Kini, minmal saya main 2 set tanpa terasa lelah.  Bahkan, kalau bukan karena tenggan rasa dengan kawan-kawan, saya siap main 5 hingga 7 set berturut-turut! (AS)

Oh ya mumpung ingat, akibat hipertensi saya sempat mengalami gangguan lambung sehingga berat badan makin hari makin turun, terakhir terkunci di angka 60 kg dan terlihat kurus. Kini setelah berhenti merokok, berat badan saya naik menjadi 67 kg, dan cukup ideal untuk pria berumur 45 tahun dengan tinggi badan 170 cm, bukan?.

 
Citeureup, Jumat 15 Mei 2015

Ali Cestar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar